Jawaban dari Cerita Asal Mula Telaga Warna
Tempat tinggal adalah tempat
manusia menetap untuk berteduh dari keadaan alam, serta tempat melaksanakan hak
dan kewajibannya dalam menjalani hidup. Tempat tinggal manusia biasanya
berwujud rumah. Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Setiap
manusia tentu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang nyaman untuk
kehidupannya.
Amatilah gambar di atas. Gambar tersebut
menunjukkan bagian dari lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang ditunjukkan
berupa beberapa rumah yang di sekitarnya masih banyak pohon. Pada gambar juga
terlihat hamparan sawah dengan para petani yang sedang bekerja. Terlihat juga binatang
berupa ayam dan sapi. Lingkungan tempat tinggal pada gambar lebih tepat
dinamakan perdesaan. Di mana tempat tinggalmu? Bagaimana lingkungan tempat
tinggalmu? Nyamankah kamu tinggal di lingkunganmu?
Ayo Berlatih
Ceritakan tentang lingkungan
tempat tinggalmu. Nyamankah kamu dengan lingkungan tempat tinggalmu? Apa
alasanmu? Tuliskan cerita pada selembar kertas. Kemudian, bacakan di depan
teman-temanmu.
Aku nyaman dengan tempat tinggalku sekarang karena di lingkungan tempat
tinggalku masih banyak lahan persawahan dan lingkungan yang masih asri. Di
lahan persawahan banyak petani yang menanam padi, jagung, ketela pohon, dan
tanaman lainnya. Ketika musim tanam dan panen tiba kami selalu bantu membantu
untuk menanam dan memaneh sahil pertanian. Di llingkungan tempat tinggalku juga
terdapat sungai dimana banyak orang setiap sore memancing dan menjala ikan. Di
sekitar sungai juga dibangun taman dengan berbagai macam pohon dan bunga,
sehingga taman tampak asri dan indah.
Udin dan keluarga sedang berlibur
di daerah asalnya, yaitu Jawa Barat. Di lingkungan tempat tinggal Udin di Jawa
Barat terdapat tempat wisata Telaga Warna. Telaga Warna terletak di kawasan
Puncak Bogor.
Saat Udin berwisata di Telaga
Warna, ayah Udin menceritakan Asal Mula Telaga Warna. Cerita Asal Mula Telaga
Warna merupakan cerita turun temurun yang terkenal di daerah tersebut.
Bagaimana cerita Asal Mula Telaga Warna?
Ayo Membaca
Bacalah dalam hati cerita Asal Mula Telaga Warna berikut.
Asal Mula Telaga Warna

Dahulu kala di Jawa Barat, ada
Raja dan Permaisuri yang belum dikarunia anak. Padahal, mereka sudah
bertahun-tahun menunggu. Akhirnya, Raja memutuskan untuk bertapa di hutan.
Di hutan Raja terus berdoa kepada
Yang Maha Kuasa. Raja meminta agar segera dikarunia anak. Doa Raja pun
terkabul.
Permaisuri melahirkan seorang
bayi perempuan. Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Seluruh rakyat juga bersuka
cita menyambut kelahiran Putri Raja.
Raja dan Permaisuri sangat
menyayangi putrinya. Mereka juga sangat memanjakannya. Segala keinginan
putrinya dituruti.
Tak terasa Putri Raja telah
tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hari itu dia berulang tahun ketujuh belas.
Raja mengadakan pesta besar-besaran. Semua rakyat diundang ke pesta.
Raja dan Permaisuri telah
menyiapkan hadiah istimewa berupa kalung. Kalung terbuat dari untaian permata
berwarna-warni. Saat pesta berlangsung, Raja menyerahkan kalung itu.
”Kalung ini hadiah dari kami.
Lihat, indah sekali, bukan? Kau pasti menyukainya,” kata Raja.
Raja bersiap mengalungkan kalung
itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri menolak mengenakan kalung
itu.
”Aku tak suka kalung ini, Ayah,”
tolak Putri dengan kasar.
Raja dan Permaisuri terkejut. Kemudian,
Permaisuri berusaha membujuk putrinya dengan lembut. Permaisuri mendekat dan
hendak memakaikan kalung itu ke leher putrinya.
”Aku tidak mau! Aku tidak suka
kalung itu! Kalung itu jelek!” teriak Putri sambil menepis tangan Permaisuri.
Tanpa sengaja, kalung itu
terjatuh. Permata-permatanya tercerai-berai di lantai. Permaisuri sangat sedih.
Permaisuri terduduk dan menangis. Tangisan Permaisuri menyayat hati. Seluruh
rakyat yang hadir turut menangis. Mereka sedih melihat tingkah laku Putri yang
mereka sayangi.
Tidak disangka, air mata yang
tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Aliran air menghanyutkan
permata-permata yang berserakan. Air tersebut mengalir ke luar istana dan
membentuk danau. Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna-warna permata
kalung Putri. Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.
Disadur dari: Dian K, 100 Cerita
Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2014.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut berdasarkan cerita di depan.
1. Siapa
tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut?
Tokoh-tokoh dalam
cerita tersebut yaitu Raja, Permaisuri, dan Putri Raja
2. Di
mana Raja melakukan pertapaan?
Raja melakukan
pertapaan di hutan
3. Apa
hadiah yang disiapkan Raja dan Permaisuri untuk ulang tahun putrinya?
Hadiah yang
disiapkan disiapkan Raja dan Permaisuri untuk ulang tahun putrinya adalah kalung.
Kalung tersbut terbuat dari untaian permata berwarna-warni
4. Mengapa
Permaisuri bersedih dan menangis?
Permaisuri
bersedih dan menangis karena Sang Putri menolak kalung yang akan dipakaikan
Permaisuri ke lehernya. Tanpa sengaja, kalung itu terjatuh. Permata-permatanya
tercerai-berai di lantai sehingga Permaisuri bersdih dan menangis
5. Bagaimana
sifat Putri dalam cerita tersebut?
Sifat putri dalam
cerita tersebut kurang baik. Karena terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya dia
tumbuh menjadi putri yang manja dan kasar
Cerita ”Asal Mula Telaga Warna ”
merupakan cerita fiksi. Cerita fiksi atau rekaan sengaja dikarang oleh
pengarang. Cerita fiksi diolah berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian
pengarang mengenai peristiwa-peristiwa, baik yang pernah terjadi secara nyata
maupun hanya dalam khayalan pengarang. Cerita fiksi dinikmati pembaca sebagai
sarana hiburan.
Ayo Berdiskusi
Carilah informasi tentang cerita
fiksi dan ciri-cirinya dari berbagai sumber. Lakukan kegiatan ini bersama teman
sebangkumu. Diskusikanlah informasi yang kalian peroleh. Kemudian, tulislah
informasi yang kamu peroleh.
Cerita fiksi:
Fiksi adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi yang dengan
kata lain, tidak secara ketat berdasarkan sejarah atau fakta. (https://id.wikipedia.org/). Jadi cerita
fiksi adalah sebuah karangan yang dibuat berdasarkan imajinasi pengarang
Ciri-ciri cerita fiksi:
1. Bersifat rekaan atau imaginasi pengarangnya
2. Memiliki kebenaran yang relatif atau tidak
mutlak (tidak harus)
3. Bahasanya bersifat konotatif atau bersifat
sindiran (bukan sebenarnya)
4. Tidak memiliki sistematika yang baku
5. Sasarannya emosi atau perasaan pembaca
6. Memiliki pesan moral atau amanat tertentu (https://joedydjvilla.wordpress.com/)