Kamis, 17 September 2020

Jawaban dari Cerita Asal Mula Telaga Warna

 


Tempat tinggal adalah tempat manusia menetap untuk berteduh dari keadaan alam, serta tempat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam menjalani hidup. Tempat tinggal manusia biasanya berwujud rumah. Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Setiap manusia tentu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang nyaman untuk kehidupannya.

Amatilah gambar di atas. Gambar tersebut menunjukkan bagian dari lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang ditunjukkan berupa beberapa rumah yang di sekitarnya masih banyak pohon. Pada gambar juga terlihat hamparan sawah dengan para petani yang sedang bekerja. Terlihat juga binatang berupa ayam dan sapi. Lingkungan tempat tinggal pada gambar lebih tepat dinamakan perdesaan. Di mana tempat tinggalmu? Bagaimana lingkungan tempat tinggalmu? Nyamankah kamu tinggal di lingkunganmu?

Ayo Berlatih

Ceritakan tentang lingkungan tempat tinggalmu. Nyamankah kamu dengan lingkungan tempat tinggalmu? Apa alasanmu? Tuliskan cerita pada selembar kertas. Kemudian, bacakan di depan teman-temanmu.

Aku nyaman dengan tempat tinggalku sekarang karena di lingkungan tempat tinggalku masih banyak lahan persawahan dan lingkungan yang masih asri. Di lahan persawahan banyak petani yang menanam padi, jagung, ketela pohon, dan tanaman lainnya. Ketika musim tanam dan panen tiba kami selalu bantu membantu untuk menanam dan memaneh sahil pertanian. Di llingkungan tempat tinggalku juga terdapat sungai dimana banyak orang setiap sore memancing dan menjala ikan. Di sekitar sungai juga dibangun taman dengan berbagai macam pohon dan bunga, sehingga taman tampak asri dan indah.

 

Udin dan keluarga sedang berlibur di daerah asalnya, yaitu Jawa Barat. Di lingkungan tempat tinggal Udin di Jawa Barat terdapat tempat wisata Telaga Warna. Telaga Warna terletak di kawasan Puncak Bogor.

Saat Udin berwisata di Telaga Warna, ayah Udin menceritakan Asal Mula Telaga Warna. Cerita Asal Mula Telaga Warna merupakan cerita turun temurun yang terkenal di daerah tersebut. Bagaimana cerita Asal Mula Telaga Warna?

Ayo Membaca

Bacalah dalam hati cerita Asal Mula Telaga Warna berikut.

Asal Mula Telaga Warna


Dahulu kala di Jawa Barat, ada Raja dan Permaisuri yang belum dikarunia anak. Padahal, mereka sudah bertahun-tahun menunggu. Akhirnya, Raja memutuskan untuk bertapa di hutan.

Di hutan Raja terus berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Raja meminta agar segera dikarunia anak. Doa Raja pun terkabul.

Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan. Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Seluruh rakyat juga bersuka cita menyambut kelahiran Putri Raja.

Raja dan Permaisuri sangat menyayangi putrinya. Mereka juga sangat memanjakannya. Segala keinginan putrinya dituruti.

Tak terasa Putri Raja telah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hari itu dia berulang tahun ketujuh belas. Raja mengadakan pesta besar-besaran. Semua rakyat diundang ke pesta.

Raja dan Permaisuri telah menyiapkan hadiah istimewa berupa kalung. Kalung terbuat dari untaian permata berwarna-warni. Saat pesta berlangsung, Raja menyerahkan kalung itu.

”Kalung ini hadiah dari kami. Lihat, indah sekali, bukan? Kau pasti menyukainya,” kata Raja.

Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri menolak mengenakan kalung itu.

”Aku tak suka kalung ini, Ayah,” tolak Putri dengan kasar.

Raja dan Permaisuri terkejut. Kemudian, Permaisuri berusaha membujuk putrinya dengan lembut. Permaisuri mendekat dan hendak memakaikan kalung itu ke leher putrinya.

”Aku tidak mau! Aku tidak suka kalung itu! Kalung itu jelek!” teriak Putri sambil menepis tangan Permaisuri.

Tanpa sengaja, kalung itu terjatuh. Permata-permatanya tercerai-berai di lantai. Permaisuri sangat sedih. Permaisuri terduduk dan menangis. Tangisan Permaisuri menyayat hati. Seluruh rakyat yang hadir turut menangis. Mereka sedih melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.

Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Aliran air menghanyutkan permata-permata yang berserakan. Air tersebut mengalir ke luar istana dan membentuk danau. Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna-warna permata kalung Putri. Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.

Disadur dari: Dian K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2014.

 

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan cerita di depan.

1.       Siapa tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut?

Tokoh-tokoh dalam cerita tersebut yaitu Raja, Permaisuri, dan Putri Raja

2.       Di mana Raja melakukan pertapaan?

Raja melakukan pertapaan di hutan

3.       Apa hadiah yang disiapkan Raja dan Permaisuri untuk ulang tahun putrinya?

Hadiah yang disiapkan disiapkan Raja dan Permaisuri untuk ulang tahun putrinya adalah kalung. Kalung tersbut terbuat dari untaian permata berwarna-warni

4.       Mengapa Permaisuri bersedih dan menangis?

Permaisuri bersedih dan menangis karena Sang Putri menolak kalung yang akan dipakaikan Permaisuri ke lehernya. Tanpa sengaja, kalung itu terjatuh. Permata-permatanya tercerai-berai di lantai sehingga Permaisuri bersdih dan menangis

5.       Bagaimana sifat Putri dalam cerita tersebut?

Sifat putri dalam cerita tersebut kurang baik. Karena terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya dia tumbuh menjadi putri yang manja dan kasar

 

Cerita ”Asal Mula Telaga Warna ” merupakan cerita fiksi. Cerita fiksi atau rekaan sengaja dikarang oleh pengarang. Cerita fiksi diolah berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian pengarang mengenai peristiwa-peristiwa, baik yang pernah terjadi secara nyata maupun hanya dalam khayalan pengarang. Cerita fiksi dinikmati pembaca sebagai sarana hiburan.

Ayo Berdiskusi

Carilah informasi tentang cerita fiksi dan ciri-cirinya dari berbagai sumber. Lakukan kegiatan ini bersama teman sebangkumu. Diskusikanlah informasi yang kalian peroleh. Kemudian, tulislah informasi yang kamu peroleh.

Cerita fiksi:

Fiksi adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi yang dengan kata lain, tidak secara ketat berdasarkan sejarah atau fakta. (https://id.wikipedia.org/). Jadi cerita fiksi adalah sebuah karangan yang dibuat berdasarkan imajinasi pengarang

Ciri-ciri cerita fiksi:

1.       Bersifat rekaan atau imaginasi pengarangnya

2.       Memiliki kebenaran yang relatif atau tidak mutlak (tidak harus)

3.       Bahasanya bersifat konotatif atau bersifat sindiran (bukan sebenarnya)

4.       Tidak memiliki sistematika yang baku

5.       Sasarannya emosi atau perasaan pembaca

6.       Memiliki pesan moral atau amanat tertentu (https://joedydjvilla.wordpress.com/)

Bacaan Gelang Benang Kreatif Mengisi Waktu Luang


Gurune.net - Apakabar sobat gurune, Ingatkah kalain bahwa kreativitas menjadi modal utama dalam berwirausaha? Selain itu, diperlukan kreativitas, kita juga membutuhkan ketekunan dalam berwirausaha. Pada artikel Gelang Benang Kreatif Mengisi Waktu Luang pada kisah “Man” berikut ini akan menunjukan bahwa Kreativitas dan ketekunan adalah modal dalam melakukan wirausaha. Harapannya setelah membaca bacaan tersebut kalian bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Baiklah kita simak bersama pembahasnya.

Gelang Benang Kreatif Mengisi Waktu Luang

Gelang Benang Kreatif Mengisi Waktu Luang

Man, seorang anak laki-laki Suku Sasak dari Desa Sade, Lombok. Usianya hampir 12 tahun. Ia baru saja menyelesaikan ujian akhir tingkat SD di sekolahnya. Usai  sekolah, Man dan beberapa teman seusianya secara kreatif mengisi waktu luang dengan berjualan aneka warna gelang benang buatan sendiri. Sejak dini, anak-anak Suku Sasak terbiasa menyaksikan kaum ibu memintal benang dan menenun kain. Sisa benang aneka warna mereka jalin dengan beragam kreasi untuk dijadikan gelang.

Desa Sade terletak di Lombok Tengah, tidak jauh dari Pantai Kuta. Melihat ramainya wisatawan pengunjung pantai, Man dan teman-teman melihat peluang usaha untuk mengisi waktu luang mereka. Menjelang sore hari, mereka menawarkan berbagai aneka gelang benang buatan mereka ke wisatawan pengunjung pantai. Dengan kreatif mereka membuat berbagai ragam jalinan untuk ditawarkan. Kadangkala, mereka sisipkan manik-manik kayu untuk mempercantik gelang.  Menyadari bahwa harga gelang yang dijual tidak dapat terlalu tinggi, mereka mengganti benang hasil pintalan kapas dengan benang jahit yang mereka beli di pasar. Seuntai gelang mereka jual dengan harga Rp5.000,00 hingga Rp15.000,00.

“Dalam sehari, biasanya aku bisa menjual lima sampai enam gelang. Rata-rata dalam sehari kami bisa membawa pulang uang Rp30.000,00,” ujar Man. Ketika ditanyakan untuk apa uang hasil jualan tersebut, “Untuk menambah uang jajan, dan membeli perlengkapan sekolah,” jawabnya sambil tersenyum lebar.

Walau tidak pernah diminta oleh kedua orang tuanya untuk membantu keuangan keluarga, Man selalu memberikan uang hasil jualannya kepada ibunya. Ketika sewaktu-waktu ingin membeli barang keperluan sekolah, ibunya akan  memperbolehkan Man menggunakan uang tersebut. Man tidak kehilangan waktu bermainnya karena berjualan. Ia berjualan sambil bermain air dan bercengkerama di pinggir pantai dengan teman-temannya. Menjelang matahari terbenam, Man dan teman-temannya pulang untuk mengerjakan tugas sekolah dan beristirahat. Ketika tugas sekolah sudah selesai, Man membuat beberapa gelang untuk mengisi kembali persediaan untuk berjualan esok hari. Man bangga ketika gelang hasil buatannya dipuji oleh wisatawan. Sederhana, namun unik dan kreatif, begitu komentar para wisatawan terhadap gelang benang buatan Man dan teman-temannya. Kreativitas Man dalam  memanfaatkan waktu luang memberinya pembelajaran hidup yang tak ternilai.
[Santi-ditulis berdasarkan wawancara pada bulan Juli 2014]

Jawab pertanyaan berikut berdasarkan bacaan.

1.  Apa jenis usaha yang dilakukan Man dan teman-temannya untuk mengisi waktu luang mereka?

Mereka berjualan beraneka macam gelang yang dibuat sendiri dari sisa benang yang diperoleh dari sisa pintalan orangtua mereka.

2.  Mengapa diperlukan kreativitas dan ketekunan dalam menjalankan usaha tersebut? Jelaskan secara singkat!

Dengan kreativitas mereka dapat mengubah benda yang sebenarnya tidak memiliki nilai jual. Namun mereka dengan tekun mengubah benang sisa yang tidak bernilai menjadi gelang yang beraneka warna sehingga mereka dapat menjualnya dan mendapatkan uang dai waktu luang.

3.  Apa manfaat usaha anak-anak tersebut bagi kehidupan mereka?

Mereka dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat dan mendapatkan uang tambahan untuk mereka jajan tanpa meminta kepada orang tua

4.  Faktor-faktor apa yang mereka pertimbangkan saat melakukan usaha tersebut?

Peluang untuk mengisi waktu luang, kretaivitas dan ketekunan, Konsumen atau  pembeli yang banyak mereka temukan di pantai

5.  Sikap apa yang bisa kamu pelajari dari usaha anak-anak tersebut?

Mereka pantang menyerah dan kreatif serta tekun daam memanfaatkan waktu luang mereka.

6.  Bagaimana kamu menghargai hal yang dilakukan oleh setiap orang dalam cerita tersebut?

Saya merasa mereka memiliki hal yang patut untuk dipuji. Karena anak-anak seusia mereka jarang yang memilki kreatifitas dan berani menciptakan peluang usaha yang mereka dapatkan dengan barang-baramg di lingkungan sekitar mereka.

Kesimpulan

Dari cerita tersebut kita belajar bahwa kreatif dan tekun dapat membuat apa yang tidak kita pikirkan sebelumnya dapat menjadi bernilai. Syaratnya adalah kita mau berusaha dan pandai dalam memanfaatkan peluang yang ada dihadapan kita. Apa yang dilakukan oleh anak-aank yang ada di cerita memang patut untuk dicontoh. Baiklah sob, apakah kalian akan mencoba mencari peluang di sekitar lingkungan kalian?

Label: